Di
sebuah perkampungan yang makmur, tinggallah seorang anak yang bernama Kayla
bersama ibunya. Ibu Kayla biasa dipanggil ibu Siti. Ibu Siti adalah seorang
penjual sayur - sayuran di pasar.Ayah Kayla sudah lama meninggalkannya sejak ia
masih berumur 7 dan tak tahu pergi kemana.
Sekarang Kayla berumur 12 tahun, ia bersekolah di SMP Harapan Bangsa. Setiap hari, setelah pulang sekolah Kayla membantu ibuny berjualan sayur di pasar sampai sore. Malam harinya, Kayla belajar dan mempersiapkan peralatan sekolahnya.
Suatu hari, saat Kayla sedang membantu ibunya berjualan di pasar. Tiba – tiba ibunya pingsan. Kayla merasa sangat panik. Apalagi akhir – akhir ini ibunya sering sakit – sakitan. Kayla pun segera meminta bantuan kepada orang di sekitar pasar untuk membawa ibunya pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah, Kayla berusaha menyadarkan ibunya dengan mengusapkan minyak angin kepada ibunya. Setelah sadar Kayla langsung memeluk ibunya. “Ibu tidak apa – apa kan ?” Tanya Kayla dengan khawatir “ibu baik-baik saja, kamu tidak perlu khawatir” jawab ibu Siti. Kayla pun merasa lega setelah mendengar jawaban dari ibunya.
Malam harinya, Kayla sedang belajar didalam kamar. Tiba – tiba ia mendengar suara ibunya yang batuk – batuk di dapur. Kayla pun segera menghampiri ibunya. Dia melihat keadaan ibunya yang lemah dan batuk darah. Kayla segera menelpon dokter untuk memeriksa ibunya. Dokter pun datang dan memeriksa ibu Siti. Setelah di periksa, dokter mengatakan bahwa ibu siti menderita penyakit kanker paru – paru. “Maaf Kayla, ibu kamu menderita penyakit yang membahayakan” kata dokter. “ibu saya sakit apa, dok ? Tanya Kayla sambil menangis. “sebenarnya ibu kamu menderita penyakit kanker paru – paru” jawab sang dokter dengan ragu – ragu. Kayla pun hanya bias menangis mendengar ucapan dokter.
keesokan harinya, ibu Siti tidak berjualan karena sakit. Saat Kayla pulang sekolah ia melihat ibunya tergeletak di lantai. Kayla pun menghampiri ibunya, ternyata ibunya sudah tidak bernyawa lagi. Kayla pun menangis dengan histeris. Kini Kayla hanya hidup sebatang kara. Akan tetapi, dua hari kemudian nenek Kayla datang dari desa untuk menjemput Kayla dan tinggal di desa. Dengan begitu, Kayla terpaksa harus berhenti sekolah karena neneknya tidak punya biaya untuk menyekolahkannya.
kini Kayla bersama neneknya tinggal di sebuah desa yang indah dan terpencil. Warga desa biasa memanggil nenek Kayla dengan nama nenek Kurnia.
Nenek Kurnia sangat dikenal di desa itu karena ajaran yang dianutnya dari nenek moyang dan kemampuannya tentang ilmu gaib. Sehingga warga desa pun mengikuti ajarannya. Setiap tahunnya mereka selalu mengadakan ritual dengan membawa sesajen dan diletakkan di pohon besar yang ada di tengah hutan.
Akan tetapi, Kayla menentang ajaran yang dianut oleh neneknya. Kayla ingin neneknya menjadi orang menjadi orang yang beragama seperti dirinya. Setiap hari Kayla selalu menasehati neneknya. “Nek, sudahlah lebih baik nenek berhenti mengadakan ritual seperti itu” Nasehat Kayla. “Sudahlah Kayla berhenti menasehati nenek dan jangan mencampuri urusan nenek” Tegas nenek Kurnia. Kayla yang mendengar ucapan neneknya pun hanya bisa diam.
Suatu hari, nenek Kurnia terkena sakit keras. Kayla ingin membawa neneknya ke dokter. “Nek, bagaimana jika kita pergi ke dokter untuk mengobati nenek ?” Tanya Kayla. “Tidak usah Kayla, nenek hanya sakit biasa jadi tidak perlu di bawa ke dokter”jawab nenek. Karena nenek kurnia selalu menolak untuk dibawa ke rumah sakit, akhirnya nenek Kurnia hanya dirawat di rumah. Kayla selalu merawat neneknya agar cepat sembuh. Banyak warga desa yang datang untuk menjenguk nenek Kurnia.
Sudah berminggu-minggu nenek Kurnia belum juga sembuh. Setiap hari nenek Kurnia menyiapkan sesajen dan diletakkan di pohon besar yang ada ditengah untuk meminta kesembuhan. Akan tetapi, Kayla selalu menegur neneknya agar berhenti menyiapkan sesajen. “Nek, lebih baik nenek berhenti menyiapkan sesajen, percuma saja semua itu tidak akan membantu kesembuhan nenek. Lebih baik nenek bertobat kepada Allah dan meminta kesembuhan kepadanya” Nasehat Kayla. Nenek Kurnia pun tidak menjawab dan masuk ke kamar untuk beristirahat.
Setelah beberapa hari, penyakit nenek Kurnia semakin parah. Untuk berjalan saja tidak mampu. Kayla sangat khawatir melihat kondisi neneknya tersebut. Tiba-tiba nenek Kurnia teringat kata-kata Kayla, ia pun termenung. Akhirnya, nenek Kurnia pun mau bertobat dan berhenti mengikuti ajaran yang dianutnya dari nenek moyang. Kayla pun merasa senang.
Setelah nenek Kurnia sembuh dari sakitnya, ia kembali lagi mengikuti ajaran yang sianutnya dari nenek moyang, dengan menyembah pohon besar dan percaya kepada roh – roh halus. Melihat neneknya seperti itu Kayla merasa kecewa karena ia mengira neneknya sudah benar – benar bertobat. “Nek, bukannya nenek sudah bertobat dan berjanji tidak akan mengikuti ajaran seperti itu lagi” Tanya Kayla kepada neneknya. “Nenek hanya merasa bosan karena nenek lebih suka menjalani ritual seperti yang biasa nenek lakukan” Jawab nenek Kurnia dengan santainya. “Tapi kan nenek sudah berjanji tidak akan mengulanginya lagi” kata Kayla. “Nenek merasa tidak nyaman, nenek lebih suka dengan ajaran yang nenek ikuti sekarang” kata nenek. “ya sudah kalau itu memang kemauan nenek karena kayla tidak tahu harus berbuat apa lagi” kata kayla pasrah. Kayla hanya bisa pasrah mendengar ucapan neneknya itu dan tidak tahu harus berbuat apa lagi untuk menyadarkan neneknya itu.
Sekarang Kayla berumur 12 tahun, ia bersekolah di SMP Harapan Bangsa. Setiap hari, setelah pulang sekolah Kayla membantu ibuny berjualan sayur di pasar sampai sore. Malam harinya, Kayla belajar dan mempersiapkan peralatan sekolahnya.
Suatu hari, saat Kayla sedang membantu ibunya berjualan di pasar. Tiba – tiba ibunya pingsan. Kayla merasa sangat panik. Apalagi akhir – akhir ini ibunya sering sakit – sakitan. Kayla pun segera meminta bantuan kepada orang di sekitar pasar untuk membawa ibunya pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah, Kayla berusaha menyadarkan ibunya dengan mengusapkan minyak angin kepada ibunya. Setelah sadar Kayla langsung memeluk ibunya. “Ibu tidak apa – apa kan ?” Tanya Kayla dengan khawatir “ibu baik-baik saja, kamu tidak perlu khawatir” jawab ibu Siti. Kayla pun merasa lega setelah mendengar jawaban dari ibunya.
Malam harinya, Kayla sedang belajar didalam kamar. Tiba – tiba ia mendengar suara ibunya yang batuk – batuk di dapur. Kayla pun segera menghampiri ibunya. Dia melihat keadaan ibunya yang lemah dan batuk darah. Kayla segera menelpon dokter untuk memeriksa ibunya. Dokter pun datang dan memeriksa ibu Siti. Setelah di periksa, dokter mengatakan bahwa ibu siti menderita penyakit kanker paru – paru. “Maaf Kayla, ibu kamu menderita penyakit yang membahayakan” kata dokter. “ibu saya sakit apa, dok ? Tanya Kayla sambil menangis. “sebenarnya ibu kamu menderita penyakit kanker paru – paru” jawab sang dokter dengan ragu – ragu. Kayla pun hanya bias menangis mendengar ucapan dokter.
keesokan harinya, ibu Siti tidak berjualan karena sakit. Saat Kayla pulang sekolah ia melihat ibunya tergeletak di lantai. Kayla pun menghampiri ibunya, ternyata ibunya sudah tidak bernyawa lagi. Kayla pun menangis dengan histeris. Kini Kayla hanya hidup sebatang kara. Akan tetapi, dua hari kemudian nenek Kayla datang dari desa untuk menjemput Kayla dan tinggal di desa. Dengan begitu, Kayla terpaksa harus berhenti sekolah karena neneknya tidak punya biaya untuk menyekolahkannya.
kini Kayla bersama neneknya tinggal di sebuah desa yang indah dan terpencil. Warga desa biasa memanggil nenek Kayla dengan nama nenek Kurnia.
Nenek Kurnia sangat dikenal di desa itu karena ajaran yang dianutnya dari nenek moyang dan kemampuannya tentang ilmu gaib. Sehingga warga desa pun mengikuti ajarannya. Setiap tahunnya mereka selalu mengadakan ritual dengan membawa sesajen dan diletakkan di pohon besar yang ada di tengah hutan.
Akan tetapi, Kayla menentang ajaran yang dianut oleh neneknya. Kayla ingin neneknya menjadi orang menjadi orang yang beragama seperti dirinya. Setiap hari Kayla selalu menasehati neneknya. “Nek, sudahlah lebih baik nenek berhenti mengadakan ritual seperti itu” Nasehat Kayla. “Sudahlah Kayla berhenti menasehati nenek dan jangan mencampuri urusan nenek” Tegas nenek Kurnia. Kayla yang mendengar ucapan neneknya pun hanya bisa diam.
Suatu hari, nenek Kurnia terkena sakit keras. Kayla ingin membawa neneknya ke dokter. “Nek, bagaimana jika kita pergi ke dokter untuk mengobati nenek ?” Tanya Kayla. “Tidak usah Kayla, nenek hanya sakit biasa jadi tidak perlu di bawa ke dokter”jawab nenek. Karena nenek kurnia selalu menolak untuk dibawa ke rumah sakit, akhirnya nenek Kurnia hanya dirawat di rumah. Kayla selalu merawat neneknya agar cepat sembuh. Banyak warga desa yang datang untuk menjenguk nenek Kurnia.
Sudah berminggu-minggu nenek Kurnia belum juga sembuh. Setiap hari nenek Kurnia menyiapkan sesajen dan diletakkan di pohon besar yang ada ditengah untuk meminta kesembuhan. Akan tetapi, Kayla selalu menegur neneknya agar berhenti menyiapkan sesajen. “Nek, lebih baik nenek berhenti menyiapkan sesajen, percuma saja semua itu tidak akan membantu kesembuhan nenek. Lebih baik nenek bertobat kepada Allah dan meminta kesembuhan kepadanya” Nasehat Kayla. Nenek Kurnia pun tidak menjawab dan masuk ke kamar untuk beristirahat.
Setelah beberapa hari, penyakit nenek Kurnia semakin parah. Untuk berjalan saja tidak mampu. Kayla sangat khawatir melihat kondisi neneknya tersebut. Tiba-tiba nenek Kurnia teringat kata-kata Kayla, ia pun termenung. Akhirnya, nenek Kurnia pun mau bertobat dan berhenti mengikuti ajaran yang dianutnya dari nenek moyang. Kayla pun merasa senang.
Setelah nenek Kurnia sembuh dari sakitnya, ia kembali lagi mengikuti ajaran yang sianutnya dari nenek moyang, dengan menyembah pohon besar dan percaya kepada roh – roh halus. Melihat neneknya seperti itu Kayla merasa kecewa karena ia mengira neneknya sudah benar – benar bertobat. “Nek, bukannya nenek sudah bertobat dan berjanji tidak akan mengikuti ajaran seperti itu lagi” Tanya Kayla kepada neneknya. “Nenek hanya merasa bosan karena nenek lebih suka menjalani ritual seperti yang biasa nenek lakukan” Jawab nenek Kurnia dengan santainya. “Tapi kan nenek sudah berjanji tidak akan mengulanginya lagi” kata Kayla. “Nenek merasa tidak nyaman, nenek lebih suka dengan ajaran yang nenek ikuti sekarang” kata nenek. “ya sudah kalau itu memang kemauan nenek karena kayla tidak tahu harus berbuat apa lagi” kata kayla pasrah. Kayla hanya bisa pasrah mendengar ucapan neneknya itu dan tidak tahu harus berbuat apa lagi untuk menyadarkan neneknya itu.
Setiap harinya, nenek Kurnia selalu sibuk untuk menyiapkan sesajen. Nasehat dari Kayla pun tidak pernah di dengarkan oleh nenek Kurnia. Akan tetapi, kayla tidak pernah menyerah untuk menyadarkan neneknya agar segera bertobat.
Suatu hari, desa itu diguncang bencana alam yang sangat dahsyat. Desa itu mengalami hujan yang sangat deras dari pagi hingga malam hari yang menyebabkan terjadinya banjir bandang..
Warga desa pun sangat panik dan segera berlarian untuk menyelamatkan diri. Kayla dan neneknya juga sangat panik. Mereka ingin menyelamatkan diri dengan naik ke atas bukit. Saat Kayla sudah sampai di atas bukit, tanpa sadar kayla tidak tahu bahwa neneknya masih berada di kaki bukit. Kayla pun segera melihat ke bawah dan ternyata neneknya sudah tenggelam dan tidak terselamatkan lagi. Kayla pun menangis karena telah kehilangan orang yang sangat ia sayangi.
Banyak warga yang selamat dari bencana itu. Kini Kayla bersama warga desa yang selamat, tinggal di atas gunung. Mereka membangun rumah disana karena rumah mereka yang sebelumnya telah hancur di terjang banjir bandang.. kayla pun juga tinggal di atas gunung, ia tinggal di dalam gubuk kecil dekat perkebunan orang tuanya.
Saat Kayla sedang berkebun, ia melihat seorang pria yang tak asing lagi baginya. Pria itu pun mendekati Kayla dan langsung memeluknya. Kayla pun menyadari bahwa pria itu adalah ayahnya yang telah lama tidak dijumpainya. “Ayah dari mana saja? Kenapa sudah 5 tahun ayah tidak pulang?” Tanya kayla dengan tangis haru. “maafkan ayah Kayla, ayah pergi merantau untuk mencari uang agar bisa merubah nasib keluarga kita” jawab sang ayah yang juga menangis. “Sudah terlambat yah, ibu dan nenek sudah tidak ada” kata Kayla. “Maafkan ayah Kayla, kamu jangan sedih lagi karena kamu masih mem iliki ayah di dunia ini” jawab ayah sambil mencium kening Kayla.
Sudah seharian, Kayla hanya berada di dalam gubuk bersama ayahnya untuk melepas kerinduannya. Kayla merasa senang bisa bertemu dengan ayahnya lagi. Setiap hari, Kayla selalu menghabiskan waktu bersama ayahnya.
Beberapa bulan kemudian, saat tengah malam Kayla melihat ayahnya sedang tidur. Tetapi, Kayla merasa ada yang yang aneh wajah ayahnya begitu pucat. Dengan segera Kayla langsung memeriksa denyut nadi ayahnya. Sesaat Kayla terdiam dan mengeluarkan air mata. Kini ia harus menerima kenyataan bahwa ayahnya telah meninggal dunia. “Tuhan, mengapa engkau ambil orang – orang yang aku sayangi? Engkau sudah mengambil ibu dan nenekku.Mengapa engkau ambil lagi ayah yang sangat aku sayangi ya Tuhan. Tapi aku tahu engkau pasti punya rencana lain yang indah untukku” tangis Kayla yang berusaha tersenyum. Kayla tidak tahu harus meminta pertolongan kepada siapa. Keesokan harinya, Kayla mencari pertolongan kepada penduduk untuk memakamkan ayahnya. Kini Kayla hanya hidup sebatang kara dan melanjutkan hidup seorang diri.
*maaf kalo jelek, ini cerpen pertama saya :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar