Sabtu, 20 Oktober 2012

(Cerpen) Bakat yang terpendam



          Abi adalah seorang siswa di sekolah yang telah lama dikategorikan sebagai “the best school in town” tepatnya di SMP Harapan Bangsa. Ia tinggal di kota besar yaitu di Jakarta. Abi berumur 12 tahun. Ia duduk di kelas 7. Abi mempunyai seorang kakak perempuan yang bernama Mila. Mila sangat sayang kepada Abi. Mila selalu membantu dan memberi semangat kepada Abi ketika Abi sedang mengalami kesulitan.
          Pagi itu adalah pagi yang cerah. Udara masih terasa sejuk di kulit. Bercampur dengan kehangatan sang surya yang terbiaskan dalam semilir angin yang berhembus mesra. Sang surya memancarkan sinarnya yang keemasan dengan penuh kebanggaan. Burung-burung kecil seakan bernyanyi terbang kesana kemari. Pepohonan yang tinggi menari-nari bersemangat menyambut hari baru. Dengan penuh semangat Abi berangkat ke sekolah di antar oleh ayahnya yang akan pergi bekerja untuk mencari nafkah.
          sesampainya di sekolah, Abi langsung masuk kelas dan menuju bangku yang biasa ia tempati. Setelah itu Abi membaca ulang buku pelajarannya. Tak lama kemudian, seorang anak laki-laki datang menghampiri Abi dan duduk di samping Abi. Dia adalah teman sebangku Abi yaitu Doni.
          Doni sangat jago bermain bola basket. Doni dipilih menjadi kapten tim basket di sekolah karena ia sangat lincah dan pandai dalam bermain bola basket. Doni dan tim basketnya pernah mendapat juara dua di pertandingan bola basket tingkat provinsi.
          Abi pun ingin mencari bakatnya di bidang olahraga. Abi sangat ingin sehebat Doni. Akhirnya, setiap minggu sore Abi ikut latihan basket bersama Doni dan timnya. Doni juga tidak keberatan jika Abi ikut latihan bermain basket bersama timnya. “Jika kamu mau ikut saja latihan bersama kami hari minggu sore di taman kota” ajak Doni kepada Abi. “Tentu saja aku mau” ujar Abi dengan senang.
          Abi tidak menyangka kalau latihannya sangat sulit. Setelah pemanasan, ia dan yang lainnya harus mengelilingi lapangan sebanyak lima kali. Setelah 3 minggu latihan, Abi merasa tidak sanggup. Akhirnya, Abi berhenti mengikuti latihan basket.
          Saat di rumah, Abi menceritakan pengalamannya saat berlatih bola basket bersama Doni dan timnya kepada Mila kakaknya. “Sudahlah kamu jangan sedih. Mungkin kamu memang tidak berbakat di bidang olahraga basket. Tapi kakak yakin kamu pasti punya bakat di bidang lain: ujar kak Mila berusaha menyemangatkan Abi. “Iya kak, aku akan selalu berusahan dan pantang menyerah” kata Abi dengan penuh semangat.
          Esok hari saat di sekolah. Bel tanda istirahat pun berbunyi. Abi pun pergi ke kantin. Saat di kantin Abi bertemu dengan Weni. Abi pun duduk di samping Weni.
          Weni adalah anak yang sangat jago melukis. Weni pernah menjuarai lomba melukis antar sekolah se-kotamadya. Ia mendapat juara satu.
          “Hai Weni! Bagaimana tentang kegiatan melukismu?” Tanya Abi dengan memulai percakapan antara mereka berdua. “Biasa-biasa saja, mengapa kamu menanyakan itu?” jawab weni sambil meminum es jeruk yang ia pesan. “Tidak apa-apa, aku hanya ingin mengetahui secara detail tentang melukis” ujar Abi. “Hmm… Kalau begitu bagaimana jika kamu mengikuti bimbingan melukis bersamaku?” tawar Weni kepada Abi. “Baiklah aku terima tawaranmu. Kapan mulai bimbingannya?” tanya Abi. “Latihannya setiap hari sabtu dan minggu jam 3 sore” jawab Weni. “Baiklah kalau begitu” ujar Abi.
          Abi memilih untuk mengikuti bimbingan melukis karena ia ingin mencoba mencari bakatnya di bidang seni.
          Bel tanda istirahat telah usai. Abi pun segera berlari masuk ke dalam kelas. Selanjutnya adalah pelajaran bahasa inggris. Abi tidak begitu suka dengan pelajaran bahasa inggris karena ia merasa tidak pandai dalam pelajaran bahasa inggris.
          Seperti biasa, setiap masuk bu Rani selalu memberikan pertanyaan tentang materi yang telah diajarkan di minggu sebelumnya. Banyak siswa yang tidak bisa menjawab pertanyaan dari bu Rani. Tapi, ada satu siswa kesayangan bu Rani. Dia adalah kiki. Setiap ada soal yang sulit bu Rani pasti menyuruh Kiki untuk mengerjakannya karena Kiki sangat pintar di pelajaran bahasa inggris.
          Kiki sangat di kenal  di kalangan guru-guru maupun siswa di sekolah. Bahkan Kiki pernah dipilih untuk mewakili sekolah mengikuti lomba bahasa inggris tingkat nasional dan mendapat juara kedua.
          Abi pernah merasa iri kepada Kiki karena Kiki memiliki bakat yang luar biasa. Abi merasa rendah diri. Setiap hari selalu di kelilingi oleh orang-orang yang memiliki bakat luar biasa. Abi merasa bahwa dia satu-satunya anak yang tidak memiliki bakat di bidang apa pun. Walaupun begitu ia tidak pernah menyerah dan selalu berusaha.
          Sudah 1 minggu Abi mengikuti bimbingan melukis. Setiap gambar yang ia lukis selalu saja tidak sempurna. Abi merasa tidak puas dan memilih untuk berhenti mengikuti bimbingan melukis. Abi merasa bahwa ia tidak memiliki bakat di bidang seni. Weni pun memaklumi keputusan Abi untuk berhent mengikuti bimbingan melukis.
          Semakin hari Abi malah semakin putus asa. Walaupun begitu, kak Mila tidak pernah berhenti memberi semangat kepada Abi. “Abi kamu jangan bersedih terus. Kalau kamu sedih kakak jadi ikut sedih. Kakak ingin kamu seperti dulu menjadi anak yang selalu ceria.” ujar kak Mila. “Tapi kak aku malu karena aku tidak mempunyai bakat di bidang apa pun” jawab Abi yang sedang sedih “Setiap orang mempunyai bakat tersendiri. Di dunia ini tidak ada orang yang tidak memiliki bakat. Kakak tahu kamu pasti mempunyai bakat yang terpendam dan belum kamu ketahui. Suatu saat kamu pasti tahu bakatmu di bidang apa. “Iya kak, aku jajni aku tidak akan bersedih lagi demi kakak” kata Abi yang mulai tersenyum. “Nah gitu dong, ini baru Abi adik kakak” ujar kak Mila dengan senyum manisnya.
          Keesokan harinya saat di sekolah, Abi dipanggil oleh ibu Lasmi ke ruangannya “Abi kamu ikut ke ruangan ibu sekarang.” Ujar ibu Lasmi. Abi pun merasa bingung karena ia tidak pernah melakukan kesalahan. Dengan gugup Abi mulai melangkah masuk ke dalam ruangan ibu Lasmi. “Ada apa ibu memanggil saya? Apa saya telah melakukan kesalahan?” tanya Abi bertubi-tubi. “Ibu cuma mau memberi tahu bahwa kamu dipilih oleh sekolah untuk mengikuti lomba cipta cerpen” ujar ibu Lasmi kepada Abi. Abi yang mendengarnya pun terkejut. “Mengapa saya yang dipilih? Mengapa bukan yang lain saja?” tanya Abi yang semakin bingung. “Ibu perhatikan kamu sangat pintar dalam pelajaran mengarang dan selalu mendapat mendapat nilai tertinggi di kelas” kata ibu Lasmi.
          Abi sadar bahwa dia memang hobi mengarang dan selalu mendapat nilai tertinggi jika diberikan tugas mengarang. “Tapi bu, sebelumnya saya tidak pernah mengarang cerpen” kata Abi. “Kamu kan sudah pandai mengarang. Jadi bisa kamu latih terus dan rajin membaca buku cerpen. Oh iya, ibu hampir lupa penutupannya di tutup 2 minggu lagi” ujar ibu Lasmi tersenyum. “Baiklah bu, saya akan berusaha” kata Abi.
          Saat di rumah, Abi menceritakan kepada kakaknya bahwa ia dipilih oleh sekolah untuk mengikuti lomba cipta cerpen. Kak Mila pun merasa senang. Sejak hari itu, Abi mempersiapkan cerpennya yang akan di lombakan. Setiap hari Abi rajin mamba buku cerpen yang ia beli di toko buku.
          Akhirnya, Abi menyelesaikan cerpennya. Ibu Lasmi dan kepala sekolah pun mengirimkan cerpen buatan Abi kepada panitia lomba. Setelah berminggu-minggu menunggu panitia lomba belum juga mengirimkan hasil pemenangnya. Abi tetap sabar menunggu.
          Saat upacara hari senin, Kepala sekolah mengumumkan sesuatu. “Kepada siswa yang bernama Abi dwi putra bapak minta untuk maju ke depan” kata pak kepala sekolah. Abi pun menjadi bingung campur panik. Ia merasa tidak pernah melakukan kesalahan. “Abi adalah anak yang sangat berbakat. Ia mendapat juara satu lomaba cipta cerpen” kata pak kepala sekolah lagi. Semua peserta upacara pun langsung memberi tepuk tangan kepada Abi.
          Abi merasa sangat senang karena ia memiliki bakat. Tidak di bidang seni maupun olahraga, tetapi di bidang sastra. Abi juga menjadi terkenal di sekolahnya.         Semenjak itu, jika ada lomba cipta cerpen di sekolah. Abi selalu di tunjuk untuk mewakili sekolah. Kak Mila pun merasa bangga kepada Abi adiknya yang sangat ia sayangi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar